tidak bisa dipungkiri
di era serba medsos, kalau
kita tidak berpasangan padahal sudah berumur memang gelisah,kenapa ya...resah,
mungkin ...jangan-jangan aku nikahnya udah umur 30 tahun, waw...tapi ya gimana
ya jodoh itu emang aneh si ya..kadang udah pacaran lama tapi ga jadi,,eh yang
baru senyum – senyuman ternyata besok lamaran...yawwww..
ini bener – bener misterius
banget..
tapi sebagai orang islam saya
cuman bisa berpendapat ajah ya...kalau kita harus benar – benar yakin dulu sama
allah...gini kata aagym mah..AH kumaha Allah ajah lah...mau di gimanain juga da
sayamah punya “Allah”..
di hati bener – bener
ditanamin
kalau Allah maha pengatur “
Jangan cuman di mulut ajah atuh” katanya punya semboyan kehidupan apa itu teh *
jodoh, rezeki, maut udah ada yang ngatur nah...hal – hal semacam itu patut
untuk ditanamkan..untuk dijiwai..emang susah tapi kalau bener – bener pasrahmah
pasti bisa deh...
Jodoh dan soulmate adalah konsep absurd yang sering membuat
orang galau. Apalagi, dalam masyarakat kita jodoh dan pernikahan seakan
menentukan keberhasilan seseorang. Saat sudah mencapai umur yang dianggap siap
untuk menikah, tidak jarang kamu dihampiri pertanyaan, “Mana calonnya?” dan
“Kapan nikah?”
Dampaknya, banyak dari kita yang panik mencari saat merasa
belum juga menemukan soulmate. Mulai dari minta dikenalkan teman, pasrah
dijodohkan oleh orang tua, hingga ikut kontak jodoh di internet. Memang benar
ya jodoh dan soulmate harus dicari? Tidak adakah cara lain untuk
mendapatkannya? Hmm…memantaskan diri, misalnya?
1. Terus Fokus Mencari Soulmate Justru Akan Membuat Kita
Lebih Rentan Tersakiti
Soulmate atau belahan jiwa jadi hal yang ingin didapatkan
oleh hampir semua orang. Memang kedengarannya menyenangkan sih, saat kamu punya
seseorang yang memahami dan selalu ada di sisimu. Demi mendapatkan soulmate-nya
tidak jarang orang akan rela mengorbankan banyak hal. Tapi pernahkah kita
bertanya mengenai validitas konsep ini? Apakah benar ada individu lain yang
akan benar-benar memahami kita sampai ke titik terdalam?
“Saat seseorang mempercayai bahwa pasangannya
adalah pasangan jiwa dan mereka “tertakdirkan”, biasanya pasangan ini akan
lebih tidak bahagia. Mereka juga akan menghadapi risiko lebih besar untuk
berpisah.”
Menganggap pasanganmu sempurna adalah awal dari bencana
Ketika kita mempercayai konsep soulmate, kita akan rentan menganggap pasangan
yang sedang bersama kita sebagai orang paling sempurna bagi kita. Dalam
hubungan yang dianggap sudah “tertakdirkan”, akan tercipta pemahaman bahwa
hubungan tersebut harus bebas dari konflik. Padahal, konflik adalah bagian yang
tidak terpisahkan dalam sebuah hubungan.
Dampaknya, setelah masa “bulan madu” lewat dan konflik mulai
bermunculan, pasangan yang merasa sudah menemukan belahan jiwanya tersebut akan
terkejut saat melihat ketidaksempurnaan pasangan.
“Ketika kenyataan dalam hubungan menunjukkan
sebaliknya, maka pasangan jenis ini akan lebih tersakiti.”
2.Jika Diam Saja, Apakah Jodoh Akan Datang Sendiri?
Lalu bagaimana dong agar kita bisa menemukan pendamping?
Haruskah kita hanya duduk di rumah, diam dan berdoa sembari menunggu jodoh
datang? Tentu tidak, dong. Sebenarnya proses menemukan jodoh itu tidak jauh
berbeda dari pendakian gunung.
Demi mencapai puncak, kamu harus terus melangkahkan kaki.
Akan ada berbagai jalan menanjak dan ranting besar yang harus dilewati. Kamu
bisa memilih berhenti dan membalikkan badan untuk kembali atau terus memaksakan
diri agar tetap melangkahkan kaki. Jika kamu memilih untuk terus berjalan,
pelan-pelan puncak pasti terlihat di hadapan.
Hanya saja, ada cara lain yang lebih elegan dari sekedar
mencari jodoh. Kamu tidak perlu heboh seperti anak ayam kehilangan induk hanya
demi menemukan orang yang bisa mengisi hati. Nama cara ini adalah: memantaskan
diri.
Alasan Kenapa Lebih Baik Kamu Fokus Memantaskan Diri:
1. Terkadang Jodoh Belum Datang Karena Kita Belum Selesai
Dengan Diri Sendiri
Kamu tidak jelek, pemikiran dan pengetahuanmu pun luas. Tapi
hingga hari ini belum ada orang yang datang dan mengisi hati. Jika hal ini
terjadi padamu, kamu perlu bertanya pada dirimu:
“Apakah aku benar-benar sudah selesai dengan diri sendiri?”
Terkadang kondisi pribadimulah yang menjadi halangan bagi
orang-orang yang tepat untuk datang. Barangkali kamu belum lulus kuliah, atau
masih ingin bertualang mencari pekerjaan yang paling tepat untukmu. Semua
keinginan pribadi itu akan tercermin dalam perilaku dan kesiapanmu.
Daripada sibuk mencari, kenapa tidak berusaha menuntaskan
keinginan dan impian pribadi terlebih dahulu? Selesaikanlah semua ambisi dan
egoisme personalmu. Setelah urusan dengan dirimu sendiri benar-benar tuntas
barulah kamu akan mampu menciptakan ruang untuk orang lain.
2. Meningkatkan Kualitas Diri Akan Membuatmu Lebih Menarik
Dan Merasa Siap
Pernah gak kamu merasa tidak memiliki apapun untuk
dibanggakan? Kamu tidak punya pencapaian, tidak ada gairah besar dalam dirimu
yang benar-benar membuatmu merasa hidup. Saat kamu sedang berada dalam titik
ini biasanya kepercayaan dirimu pun akan sedikit luntur.
Seseorang yang tahu benar apa yang ingin dikejarnya akan
terlihat lebih menarik di mata orang lain. Ia yang fokus mengejar impiannya
sudah mengerti apa yang harus dilakukan, orang macam apa yang layak mendampingi
serta hubungan romantis macam apa yang harus dihindari.
Pribadi dengan visi yang jelas tentu tampak lebih
menjanjikan dibanding orang yang masih belum tahu akan membawa hidupnya ke arah
mana. Tidak hanya membuatmu lebih menarik di mata orang lain, fokus menambah
kualitas diri juga akan membuatmu merasa lebih siap.
Kamu sudah tahu akan mengarahkan kemudi hidupmu, kini
saatnya ada orang yang mendampingimu.
3. Saat Kamu Sudah Berada Di Jalur yang Tepat, Mereka yang
Datang Juga Akan Lebih Tepat
Kamu sudah yakin sepenuh hati akan mengambil pendidikan
Master di Jurusan Jurnalistik dengan spesifikasi Penulisan Kreatif. Untuk
sementara waktu kamu melupakan urusan hati dan fokus pada pendidikanmu. Waktumu
benar-benar kamu manfaatkan untuk belajar dan mengejar passion-mu.
Dengan perjuangan yang tidak ringan, kini hidupmu sudah
berada di jalur yang selama ini kamu idamkan. Kamu sudah diterima di
universitas dan jurusan idaman. Tidak hanya itu, ditengah kesibukan kuliah kamu
juga bekerja di media lokal. Tulisanmu mulai muncul dan dibaca orang.
Selalu ada hal baik bagi orang-orang yang melakukan hal
baik. Kamu yang sudah berusaha membawa hidup kearah yang lebih sesuai panggilan
hati juga akan didatangi oleh mereka yang layak mendampingi. Tidak akan ada
lagi orang-orang random yang mendekatimu.
Mereka yang datang di saat arah hidupmu sudah terang
kemungkinan besar adalah orang yang juga punya arah hidup yang sama denganmu.
Atau paling tidak, bersama dia kamu bisa berjalan beriringan mencapai impian.
4. Datang Disaat Kamu Sudah Siap Akan Membuatmu Lebih
Terhormat
Buat para laki-laki yang galau karena masih belum punya
pacar, ada baiknya kamu mengubah pola pikir. Daripada merana sepanjang hari
karena merasa sepi, kenapa tidak kamu manfaatkan waktumu untuk memperbaiki
diri? di luar sana masih banyak kegiatan yang lebih bermanfaat dari sekedar
pacaran, kok.
Datang ketika kamu sudah benar-benar siap akan membuatmu
jadi pribadi terhormat yang memang layak diperhitungkan. Kamu tidak perlu
membuang waktu mengejar gadis yang jual mahal terus itu. Tidak usah pula kamu
habiskan rayuanmu untuk menjadikannya pacarmu.
Sumpah deh — lebih baik kamu ikut Muay Thai kek, gabung klub
menulis, atau ikut komunitas film dokumenter. Gunakan waktu yang kamu miliki
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.
Ketika kelak kamu mendatangi gadis yang kamu sukai dengan
perbekalan yang sudah lengkap, kamu tidak akan lagi dipandang sebelah mata.
Dengan fokus memantaskan diri kamu juga akan merasa tidak harus bertaruh banyak
saat kelak mendatangi dia yang membuatmu tertarik.
Toh kamu datang dengan kualitas yang oke, kalau ditolak ya
dia yang rugi!
5. Meminta Pasangan Menerimamu Apa Adanya Adalah Hal yang
Egois
Kamu pasti tahu kan lirik Lagu Tulus yang ini?:
Jangan cintai aku apa adanya ooooh jangan. Tuntutlah
sesuatu, biar kita jalan kedepan.
Kalau belum tahu, silahkan cari albumnya. Murah kok, jangan
download bajakan ya!.
Menjadi orang yang tidak mau meningkatkan kualitas diri
adalah bentuk egoisme terhadap calon pasangan. Kamu ingin pasangan yang
sempurna, sementara kamu sendiri tidak mau melakukan apapun untuk mencapainya.
Ketika kelak akhirnya (kamu beruntung) pasanganmu yang “wow” itu datang, apa
dia nggak kecewa lihat kamu yang nggak ada apa-apanya ini?
Punya keinginan kuat untuk terus memperbaiki diri juga jadi
modal awal bagi langgengnya hubungan. Seseorang yang mau terus meningkatkan
kualitasnya akan lebih mudah belajar beradaptasi dengan pasangannya kelak.
6. Bukankah Pada Akhirnya Jodoh Adalah Cerminan Diri?
Lihat deh ayah-ibu kita atau pasangan suami istri di
sekelilingmu. Jika kamu mengamati dengan seksama, biasanya mereka adalah 2
pribadi yang mirip dalam pandangan hidup tapi punya sifat yang saling
melengkapi. Begitu pula yang kemungkinan besar akan terjadi padamu.
Jodohmu adalah cerminan dirimu sendiri. Mereka yang datang
tidak akan jauh-jauh dari upayamu memperbaiki diri selama ini. Kalau kamu mau
dapat pasangan yang pintar masak, kamu harus fair dong! Langkahkan juga kakimu
ke dapur dan belajarlah memasak.
Kalau kamu mau dapat pasangan yang cerdas dan gemar membaca,
ya masa kamu mau cuma duduk diam sambil ongkang-ongkang kaki? Perbanyak juga
referensimu soal bahan bacaan, agar kalian bisa hangat berbincang.
Dia yang “tertakdirkan” untukmu tidak akan jauh dari upayamu
mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Tuhan tidak pernah main-main
dengan janjinya.
Gimana? Masih mau galau dan heboh berusaha cari pacar, atau
mau mulai memantaskan diri aja nih mulai sekarang?
No comments:
Post a Comment